Kumpulan bacaan Doa - doa sholat harian islami lengkap dengan latin dan terjemahan.

Saturday, March 19, 2016

Kapan Hubungan Intim Bisa Bernilai Sedekah, Ibadah dan Ketaatan?

Blog Khusus Doa - “Hubungan intim kalian (suami-istri) yakni sedekah.” (Sabda Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dari sahabat Abu Dzar). Lalu kapan relasi intim atau seksual sanggup bernilai ibadah?

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ »
Artinya :
“Dan relasi intim di antara kalian yakni sedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana sanggup mendatangi istri dengan syahwat (disetubuhi) sanggup bernilai pahala?” Ia berkata, “Bagaimana pendapatmu kalau ada yang meletakkan syahwat tersebut pada yang haram (berzina) bukankah bernilai dosa? Maka sudah sepantasnya meletakkan syahwat tersebut pada yang halal mendatangkan pahala.” (HR. Muslim no. 1006).

Imam Nawawi rahimahullah menerangkan, “Budh’i dalam hadits, yang dimaksud yakni jima’ atau sanggup bermakna kemaluan. Kedua makna tersebut benar. Hal ini menawarkan bahwa suatu hal yang mubah sanggup dinilai suatu ketaatan kalau didasari niat yang benar.

Jima’ (bersetubuh atau relasi intim) sanggup bernilai ibadah kalau maksudnya yakni untuk menunaikan hak istri, bergaul baik dengannya, dan melaksanakan kebajikan sebagaimana yang Tuhan perintahkan. Di samping itu, jima’ sanggup bernilai ibadah bila maksudnya untuk memperoleh keturunan yang sholeh, membentengi diri biar tidak terjerumus dalam zina, biar pasangan tidak memandang hal-hal yang diharamkan, juga biar tidak berpikiran atau bermaksud yang bukan-bukan, atau niatan baik lainnya.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 83-84).

Didasari Niat, Bukan Hanya Melampiaskan Syahwat

Jika kita lihat dari tekstual hadits yang kita bahas di atas, maka tidak dipersyaratkan niat. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sekedar bersabda, “Tahukah engkau kalau seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, beliau berdosa. Demikian pula kalau ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia menerima pahala”. Kaprikornus sekedar menumpahkan syahwat saja bernilai pahala. Karena relasi seksual dengan istri yakni ibarat kita menanam benih dan nantinya kita akan menuai hasilnya.

Ulama lain beropini bahwa tetap harus didasari niatan ikhlas, barulah bernilai pahala di sisi-Nya. Karena hadits di atas yakni hadits mutlaq, maka dibawa ke hadits muqoyyad yang mempersyaratkan niat. Di antara dalil yang mempersyaratkan niat, hadits dari Sa’ad bin Abi Waqqosh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ
Artinya :
“Tidaklah nafkah yang engkau cari untuk mengharapkan wajah Tuhan kecuali engkau akan diberi akhir karenanya, hingga apa yang engkau masukkan dalam ekspresi istrimu.” (HR. Bukhari no. 56)

Juga sanggup dilihat pada firman Tuhan Ta’ala,

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Artinya :
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian alasannya yakni mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An Nisa’: 114).
Di sini dipersyaratkan sanggup pahala kalau disertai niat ikhlas.

Hadits yang kita bahas kali ini, juga sanggup sebagai dalil dengan pemahaman qiyas al ‘aqs (analogi berkebalikan), bahwa kalau relasi intim dengan niatan ikhlas, itu menerima pahala. Jika tidak, maka tidak demikian. Sama halnya dengan hadits Ibnu Mas’ud, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik pada Allah, maka ia masuk neraka.” Berarti sebaliknya, barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik, maka ia akan masuk surga.

Jadi, niatkanlah nrimo untuk raih pahala dalam setiap relasi intim, supaya bernilai sedekah dan menuai ganjaran di sisi Allah. (Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hadits ke-25, 2: 56-70).

Semoga keluarga muslim senantiasa diberi ketenangan, kasih sayang dan rahmat. Hanya Tuhan yang memberi taufik.
Sumber http://www.blogkhususdoa.com/

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Kapan Hubungan Intim Bisa Bernilai Sedekah, Ibadah dan Ketaatan?

0 comments:

Post a Comment